Jumat, 16 September 2016

Review Artikel "Paradigma dan Unsur-unsurnya" karya Heddy Shri Ahimsa-Putra

Share it Please


I.          PARADIGMA: SEBUAH DEFINISI
Hasil gambar untuk PARADIGMAMenurut Heddy Shri Ahimsa-Putra (selanjutnya disebut Ahimsa-Putra) paradigma adalah seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran yang digunakan untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi.
Definisi di atas kemudian dijabarkan lebih dalam lagi oleh Ahimsa-Putra dengan membaginya menjadi dua bagaian. Pertama,  frasa,“seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran” kata seperangkat di sini menunjukkan bahwa paradigma memiliki sejumlah unsur yang membentuk suatu kesatuan. Lebih lanjut Ahimsa-Putra menjelaskan bahwa unsur-unsur ini adalah konsep-konsep.  Sedangkan konsep sendiri ia artikan sebagai istilah atau kata yang diberi makna tertentu. Oleh karena itu, sebuah paradigma juga merupakan kumpulan makna, kumpulan pengertian. Kumpulan konsep ini merupakan sebuah kesatuan karena konsep-konsep ini berhubungan satu sama lain secara logis, yakni secara paradigmatis, sintagmatis, metonimis, dan metaforis, sehingga dapat dikatakan sebagai “seperangkat konsep”.
Kedua, frasa “.....yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan kenyataan dan atau masalah yang dihadapi”. Dalam menjelaskan frasa ini Ahimsa-Putra mengatakan bahwa dalam pikiran manusia, kerangka pemikira ini digunakan untuk tujuan tertentu sehingga kerangka pemikiran ini memiliki fungsi, yakni untuk memahami kenyataan, mendefinisikan kenyataan, menentukan kenyataan yang dihadapi, menggolongkannya ke dalam kategori-kategori, kemudian menghubungkannya dengan definisi kenyataan lainnya sehingga terjalin relasi-relasi pemikiran tersebut, yang kemudian membentuk suatu gambaran tentang kenyataan yang dihadapi.
Bagi upaya pengembangan dan pembuatan paradigma baru, pendefinisian konsep para digma seperti di atas belum cukup. Hal yang penting daripada pendefinisian adalah penentuan unsur-unsur yang tercakup dalam sebuah paradigma. Definisi di atas belum memberikan keterangan lebih lanjut tetang isi dari kerangka pemikiran itu sendiri. “seperangkat barulah sebuah gambaran umum tentang isinya, sedangkan kenyataannyakonsep-konsep ini tidak sama kedudukan dan fungsinya dalam kerangka pemikiran dan karenanya juga memiliki nama yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan lebih lanjut tentang komponen-komponen konseptual yang membentuk kerangka pemikiran atau paradigma tersebut.
II.         UNSUR-UNSUR (KOMPONEN-KOMPONEN) PARADIGMA
Dalam paradigma ada unsur-unsur (komponen-komponen) yang membentuknya, yaitu;

1.         Asumsi-Asumsi Dasar (Basic Assumptions)
Asumsi atau anggapan dasar adalah pandangan-pandangan mengenai suatu hal (bisa benda, ilmu pengetahuan, tujuan sebuah disiplin, dan sebagainya) yang sudah diterima kebenarannya. Pandangan ini merupakan titik tolak atau dasar bagi upaya memahami dan menjawab suatu persoalan karena sudah dianggap benar dan atau diyakini kebenarannya. Anggapan-anggapan itu bia lahir dari: (a) perenungan-perenungan filosofis dan reflektif; (b) penelitian-penelitian empiris yang canggih; (c) pengamatan yang seksama. Lebih tega lagi Ahimsa-Putra menyatakan bahwa asumsi-asumsi dasar merupakan fondasi dari sebuah disiplin atau bidang keilmuan, atau dasar dari sebuah kerangka pemikiran.

2.         Etos/Nilai-Nilai (Ethos/Value)
Setiap kegiatan ilmiah pasti didasarkan pada sejumlah kriteria atau patokan yang digunakan untuk menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, bermanfaat atau tidak. Patokan-patokan inilah yang yang biasa disebut nilai atau etos.
Dalam sebuah paradigma ilmu sosial-budaya, nilai-nilai ini paling tidak mengenai : (a) ilmu pengetahuan; (b) ilmu sosial budaya; (c) penelitian ilmiah; (d) analisis ilmiah; dan (e) hasil penelitian.
3.         Model-Model (Models)
Model adalah perumpamaan, analogi, atau kiasan tentang gejala yang dipelajari. Lebih lanjut, dengan mengutip dari Inkleas, Ahimsa-Putra mengatakan bahwa dianggap sebagai perumpamaan dari suatu kenyataan, sebuah model bersifat menyederhanakan. Dari keterangan di atas dapat dilihat pentingnya fungsi model, karena ia dapat menyederhanakan kompleksitas gejala-gejala sosial budaya, agar keseluruhan gejala terebut dapat dirangkum, dapat diketahui unsur-unsurnya, serta saling keterkaitannya, atau gejala terbut kemudian dapat dipelajari dengan cara tertentu.

4.         Masalah-Malah yang Diteliti/Pertanyaan yang Ingin Dijawab
Setiap paradigma memiliki masalah-masalahnya sendiri yang sangat erat kaitannya dengan asumsi-asumsi dasar dan nilainilai. Oleh karena itu, rumusan masalah dan hipotesis harus dipikirkan dengan seksama dalam setiap penelitian karena di baliknya terdapat sejumlah asumsi dan di dalamnya terdapat konsep-konsep terpenting.

5.         Konsep-Konsep Pokok (Main Concepts, Key Words)
Ahimsa-Putra mendefinisikan konsep  secara sederhana sebagai istilah-istilah atau kata-kata yang diberi makna tertentu sehingga membuatnya dapat digunakan untuk menganalisis, memahami, menafsirkan, dan menjelaskan peristiwa atau gejala sosial-budaya yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika sebuah istilah diberi makna tertentu oleh seorang ilmuan, maka pada saat itulah istilah tersebut menjadi konsep.

6.         Metode-Metode Penelitian (Methods of Research)
Metode sendiri dapat dimaknai sebagai cara, sedangkan penelitian adalah kegiatan mengumpulkan data. Sehingga metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Jika diliat dari datanya, metode penelitian ilmu sosial-budaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode penelitian kuantitatif atau metode pengumpulan data kuantitaif dan metode penelitian kualitatif atau metode pengumpulan data kualitatif.
Secara sederhana data kuantitatif diartikan sebagai kumpulan simbol- bisa berupa pernyataan, huruf, atau angka yang menunjukkan suatu jumlah (quantity) atau bearan dari suatu gejala, seperti jumlah penduduk, jumlah laki-laki dan perempuan dan sebagainya. Sedangkan data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka, dan tidak menunjukkan jumlah atau besaran (volume) tetapi berupa pernyataan-pernyataan mengenai isi, sifat, ciri, keadaan dari sesuatu dengan sesuatu yang lain.   
7.         Metode-Metode Analisis (Methods of Analysis)
Metode analisis data pada dasarnya adalah cara-cara untuk memilah-milah, mengelompokkan data- kuantitatif maupun kualitatif- agar kemudian dapat dilakukan interpretasi dan ditetapkan relasi-relasi tertentu antara kategori data yang satu dengan data yang lain.  Yang paling penting berkenaan dengan metode analisis ini adalah tujuan akhirnya yaitu menetapkan hubungan-hubungan antara suatu variabel/gejala/unsur tertentu dengan variabel/gejala/unsur lainnya.
Setiap paradigma selalu mempunyai metode analisis tertentu karena metode analisis itulah yang kemudian akan menentukan corak hasil analisis atau teorinya, sehingga teori yang muncul dalam sebuah paradigma tidak akan sama dengan teori yang muncul dalam paradigma lain.

8.         Hasil Analisis (Results of Analysis/Theory)
Setela kita menganalisis berbagai data yang telah kita peroleh dengan menggunakan metode-metode tertentu, kita akan memperoleh suatu kesimpulan tertentu, suatu pendapat tertentu mengenai gejala yang dipelajari. Pendapat ini bisa berupa pernyataan-pernyataan yang menunjukkan relasi anatar suatu variabel dengan variabel yang lain, pernyataan yang menunjukkan hakikat (the nature) atau ciri dan keadaan dari gejala yang kita teliti. Hasil analisis inilah yang kemudian biasa disebut teori. Dengan kata lain teori adalah pernyataan yang sudah terbukti kebenarannya mengenai hakikat sesuatu (gejala yang diteliti) dan/atau mengenai hubungan antar variabel atau antar gejala yang diteliti.   

9.         Representasi (Etnografi)
Representasi atau penyajian adalah karya ilmiah yang memaparkan kerangka pemikiran analisis, dan hasil analisis yang telah dilakukan, yang kemudian menghasilkan kesimpulan atau teori tertentu. Representasi ini bisa berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, makalah, artikel, ilmiah (dalam jurnal ilmiah), atau sebuah buku. Oleh karena itu sebuah paradigma belum akan terlihat sebuah paradigma sebelum ada representasinya.

III.        SKEMA UNSUR-UNSUR PARADIGMA
Di bagian Ini Ahimsa-Putra mencoba membuat skema dari unsur-unsur paradigma yang telah dipaparkan di atas.
Asumsi dasardapat dikatakan sebagai unsur-unsur paradigma yang paling dasar, paling tersembunyi, paling implisit, dan biasanya juga paling tidak disadari. Demikian juga halnya dengan nilai, walaupun nilai-nilai biasanya lebih disadari daripada asumsi dasar. Muncul di atas keduanya model-model. Model-model ini merupakan unsur paradigma yang sudah lebih jelas atau lebih konkret dari asumsi dasar, walaupun tingkat keabstrakan dan keimplisitannya sering kali sama dengan asumsi dasar. Naik ketingkat yang lebih tinggi dari model-model adalah masalah yang ingin diteliti. Ia merupakan unsur yang harus eksplisit . masalah-masalah penelitian juga merupakan implikasi dari asumsi dan model yang dianut, walaupun hal ini tidak selamanya disadari oleh peneliti.
          Konsep-konsep berada di atas masalah-masalah yang diteliti. Konsep-konsep merupakan unsur paradigma yang konkret, eksplisit, karena dalam setiap penelitian makna konsep-konsep ini harus dipaparkan dengan jelas.
Metode penelitian dan metode analisis merupakan unsur paradigma yang merupakan perwujudan dari   asumsi-asumsi dasar, model, konsep dalam setiap penelitian. Pelaksanaan atau penerapan metode-metode ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang dibimbing oleh unsur-unsur paradigma yang sudah ada sebelumnya. Penelitian yang menggunakan konsep-konsep tertentu akan memerlukan metode yang berbeda dengan penelitian yang menggunakan konsep-konsep lain.
Hasil analisis merupakan unsur yang muncul setealh dilakukannya analisis data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode-metode tertentu. Hasil penelitian ini juga harus dinyatakan secara eksplisit, tegas dan jelas.
Representasi merupakan elemen terakhir dari sebuah paradigma. Di sinilah sebuah paradigma akan dinilai keberhasilannya untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu.

IV.       PARADIGMA, PROSEDUR PENELITIAN, DAN PROPOSAL PENELITIAN.
Istilah paradigma kadang dikacaukan dengan istilah prosedur penelitian dan proposal penelitian. Oleh karena itu di bagian ini Ahimsa –Putra mencoba menjernihkan kerancuan itu, sehingga nampak bahwa Paradigma itu berbeda atau bukan prosedur penelitian dan proposal penelitian.  
1.         Paradigma dan Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian atau tahap-tahap dari sebuah penelitian merupakan pola-pola perilaku atau kegiatan yang berbeda-beda, yang diwujudkan secara berurutan, berdasarkan kerangka pemikiran kerangka tertentu. Tahap-tahapnya sebagai berikut;
a)         Penelitian Pustaka
b)         Perumusan Masalah
c)         Penulisan Proposal
d)         Pengumpulan Dana
e)         Pengumpulan Data
f)          Analisis Data
g)         Perumusan Hasil Penelitian
h)         Penulisan Laporan Penelitian
Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa skema kerangka pemikiran paradigma atau paradigma yang dikemukakan di sini tidaklah sama dengan prosedur atau tahap-tahap penelitian. Dalam paradigma tidak terdapat unsur pengumpulan dana dan penulisan proposal penelitian, sedangkan dalam prosedur penelitian unsur-unsur ini harus ada. Sebaliknya, dalam prosedur penelitian tidak terdapat tahap-tahap asumsi dasar dan model karena dua hal ini bukanlah tahap kegiatan, melainkan unsur-unsur dari sebuah kerangka pemikiran. Dengan penjelasan ini tidak perlu lagi kiranya terjadi kerancuan pemahaman antara paradigma dengan prosedur penelitian.

2.         Paradigma dan Proposal Penelitian
Kerangka paraidigma di atas juga sering dikacaukan dengan proposal penelitian. Untuk melihat perbedaan keduaanya mari kita lihat format dari proposal penelitiannya itu sendiri sehingga akan terlihat jelas perbedaannya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah proposal penelitian meliputi;
a)         Latar belakang
b)         Rumusan Masalah
c)         Tujuan Penelitian
d)         Manfaat Penelitian
e)         Tinjauan Pustaka
f)          Kerangka Teori
g)         Metode Penelitian
h)         Metode Analisis
Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa kerangka paradigma yang ditawarkan tidak sama dengan format sebuah proposal. Dalam pradigma tidak terdapat tinjauan pustaka, tujuan penelitian dan manfaat penelitia, sedangkan dalam proposal penelitian tiga unsur tersebut biasanya- kadang-kadang harus- ada. Sebaliknya, dalam proposal penelitian tidak terdapat unsur hasil analisis dan representasi. Perbedaan-perbedaan  yang lain juga masih ada, tetapi contoh perbedaan ini sudah cuku kiranya untuk menunjukkan bahwa kerangka paradigma di atas bukanlah kerangka proposal penelitian.

V.        KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
Di Bagian ini penulis mencoba menghadirkan dua sisi, yaitu kelebihan dan kelemahan dari artikel Ahimsa-Putra dengan judul ,”Paradigma dan Unsur-Unsurnya” ini. Kelebihan dan kelemahan ini merupakan hasil dari pemahaman penulis setelah membaca dan mengkaji artikel tersebut.

1.         Kelebihan
Ada beberapa point yang menjadi kelebihan di dalam artikel ,”Paradigma dan Unsur-Unsurnya”, diantaranya;
a)         Secara keseluruhan bahasa yang digunakan dalam penulisan artikelnya ini, cukup sederhana, lugas dan tegas. Sehingga memudahkan bagi pembaca untuk memahami isi tulisannya.
b)         Tulisan Ahimsa-Putra ini sistematis dan rapi. Ia menulis dengan runut dalam setiap bagian. Pertama ia menerangkan apa itu Paradigma. Setelah diketahui definisinya, kemudian ia memaparkan bagian-bagian yang membangun/ada dalam paradigma itu sendiri, yang disebut unsur-unsurnya, dan seterusnya.
c)         Kelebihan yang lain adalah Ahimsa-Putra dalam setiap menjelaskan isi dari artikelnya ini menghadirkan sebuah perumpamaan agar pembaca mudah memahaminya. Contonya ketika ia membahas kata “seperangkat” dalam pengertian paradigma yang ia definisikan sebagai “seperangkat konsep yang berhubungan  satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran” ia mengumpamakannya dengan seperangkat gamelan dan seperangkat pakaian

2.         Kelemahan
Menurut penulis, ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam artikel “Paradigma dan Unsur-Unsurnya” kary Ahimsa-Putra ini, diantaranya;
a)         Dalam mendefinisikan paradigma sendiri, Ahimsa-Putra tidak menghadirkan definisi dari tokoh lain terlebih dahulu, ia hanya sekilas menyebut istilah paradigma itu dari Kuhn tanpa menyebutkan apa itu definisi paradigma menurut kuhn. Kenapa penulis mengatakan hal ini sebagai sebuah kelemahan? Karena dengan menyebutkan terlebih dahulu definisi paradigma dari beberapa tokoh, pembaca akan mengetahui posisi Ahimsa-Putra, apakah ia mendukung definisi dari tokoh A dan menolak definisi dari tokoh B, atau sebaliknya, atau ia mengkompromikan definisi dari kedua tokoh A dan B, atau bahkan ia mengajukan definisi yang murni dari dirinya yang berbeda dari definisi tokoh A dan B.
b)         Sekalipun penulis menyebut bahwa bahasa dalam tulisan “Paradigma dan Unsur-Unsurnya” dalam setiap menjelaskan isi dari artikelnya ini menghadirkan sebuah perumpamaan agar pembaca mudah memahaminya, namun masih kurang memadai jumlahnya, sehingga penulis menyebutkan ini juga sebagai kelemahan, karena penulis beranggapan bahwa materi paradigma ini adalah sesuatu yang abstrak, sehingga untuk memudahkan pemahaman pembaca dibutuhkan contoh atau ilustrasi yang sifatnya konkret dengan mengambil perumpamaan dengan sesuatu yang lebih konkret, sehingga memudahkan pembaca untuk lebih memahami isinya lebih dalam lagi.



2 komentar:

  1. Bagus sebagai bah julian mahasiswa yang mengambil mata kuliah metode penelitian

    BalasHapus

About

Blogroll

About