Rabu, 21 September 2016

Resume Bab 1 & 2 "Sejarah Teori Antropologi I" Koentjaraningrat

Share it Please


1.         Bab 1 Bahan Mentah Untuk Antropologi
Ada dua sub bab yang dibahas di Bab 1 ini, yaitu masalah ruang lingkup dan dasar antropologi dan bahan tentang adat-istiadat bangsa-bangsa di luar Eropa.
Masalah Ruang Lingkup dan Dasar Antropologi. Menurut Koentjaraningrat ilmu antropologi sebagai ilmu yang mempelajari makhluk anthropos atau manusia, merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing memepelajari suatu kompleks masalah-masalah khusus mengenai makhluk manusia. Proses integrasi tadi merupakan suatu proses perkembangan panjang yang dimulai sejak kira-kira permulaan abad ke-19 yang lalu, dan berlangsung dampai sekarang ini juga. Integrasi itu mulai mencapai bentuk konkret setelah lebih dari enam puluh tokoh antropologi dari berbagai negara Ero-Amerika (termasuk ahli-ahli dari Uni Soviet) bertemu untuk mengadakan suatu international Symposium on Anthropology dalam tahun 1951.
Integrasi yang tercapai sesudah tahun 1951 tadi sekarang telah disadari oleh banyak ahli di berbagai negara dimana ilmu antropologi hidup; dan hal ini tampak dari buku-buku pelajaran ilmu antropologi. Walaupun demikian,
hampir tiap negara yang menjalankan antropologi telah menyesuaikan antropologi itu dengan ideologi dan kebutuhannya sendiri-sendiri. Hal itu disebabkan karena disamping ilmu yang akademis, antropologi juga memiliki segi praktisnya. Ia juga belum mencapai stabilitas mengenai metodologi dan teorinya. Dengan demikian terdapat banyak macam ilmu antropologi di berbagai negara, yang masing-masing berbeda tidak hanya mengenai segi-segi terapan dari antropologi, akan tetapi juga mengenai segi-segi metodologi dan teorinya.
Menurut Koentjaraningrat jalan terbaik mencapai integrasi umum dari ilmu antropologi ialah untuk mempelajari apakah ilmu-ilmu yang menjadi pangkal dari antropologi, dan bagaimanakah garis besar proses perkembangan yang mengintegrasikan ilmu-ilmu pangkal tadi kemudian mempelajari bagaimana penerapannya di beberapa negara yang berbeda sekali satu dengan lainnya. Pengertian mengenai batas-batas dan azas-azas antropologi serupa itu baru akan berguna bagi kita untuk mengetahui apakah sebenarnya arti antropologi bagi indonesia masakini, yaiti indonesia dalam masa pembangunan sekarang ini.
Bahan tentang Adat-Istiadat Bangsa-Bangsa di Luar Eropa. Menurut Koentjaraningrat yang sangat penting untuk untuk perkembangan pertama dari antropologi adalah bahan keterangan adat-istiadat dan bentuk-bentuk masyarakat suku-suku bangsa penduduk pribumi dari Afrika, Asia, Oseania, (kepulauan-kepulauan di Laut Teduh) dan Amerika, yang ditulis oleh orang-orang Eropa Barat ketika mereka mulai berekspansi ke daerah-daerah lain di muka bumi.
Bahan keterangan itu terkumpul dan termuat dalam: (1) kisah-kisah perjalanan para pelaut dan musyafir bangsa Eropa; (2) dalam laporan dan buku-buku karangan para penyebar agama nasrani yang mulai menyebarkan agama Katolik atau Kristen di antara bangsa-bangsa penduduk daerah-daerah di Afrika, Asia, Oseania atau Amerika Latin segera sesudah salah satu negara Eropa memantapkan kekuasaannya di sana; (3) dalam laporan dan karangan-karangan para pegawai dari berbagai pemerintah jajahan negara-negara Eropa yang sejak abad ke-16 secara lambat laum memperluas pengaruh mereka di daerah-daerah tersebut; (4) dalam buku-buku yang ditulis oleh para peneliti alam dan para ahli ilmu bumi dari negara-negara Eropa Barat, yang melakukan perjalanan serta ekspedisi penjelajahan ke berbagai daerah tersebut.
Bahan-bahan keterangan tentang adat-istiadat, ciri-ciri tubuh serta bahasa yang diucapkan oleh bangsa-bangsa di Luar Eropa disebut bahan etnografi, yaitu “pelukisan tentang bangsa”. Sedangkan benda-benda kebudayaan berupa alat, senjata-senjata, hasil-hasil kesenian dan kerajinan dari berbagai daerah di dunia disebut sebgai etnografika.
2.         Bab 2 Etnografi dan Masalah Aneka Warna Manusia
Masalah  aneka warna manusia di Eropa dalam Abad ke-16. ada tiga pandangan dari orang eropa ketika melihat karangan etnografi maupun benda-benda etnografika. (1) pandangan yang mengataka bahwa sifat aneka warna manusia, baik ragawi maupun rohani, yang tampak dari bahan etnografi dan etnografika itu, disebabkan karena makhluk manusia diturunkan beraneka warna, atau karena mskhluk manusia diturunkan dari beraneka warna makhluk induk. Pandangan ini seringkali disebut pandangan poligenesis. (2) pandangan yang meyakini bahwa manusia diciptkan sekali, yaitu manusia adalah keturunan dari satu makhluk induk. Pandangan ini biasa disebut dengan pandangan monogenesis. Pandangan monogenesis ini terbagi menjadi dua. Pertama, pandangan yang meyakini bahwa semua manusia adalah keturunan Nabi Adam. Dosa itu harus ditebus, dan karena itu manusia mengalami kemunduran. Aneka warna masyarakat dan kebudayaan manusia dari yang tinggi hingga yang rendah, yang kini tampak itu, merupakan akibat dari proses kemunduran atau degenerasi.  Kedua, pandangan yang meyakini bahwa manusia tidak mengalami degenerasi, tetapi kemajuan, dan bahwa aneka-warna masyarakat dan kebudayaan yang kini tampak itu disebabkan karena tingkat-tingkat kemajuan yang berbeda-beda pada tiap masyarakat manusia.
Ilmu Anatomi dan Masalah Aneka-Warna Manusia. Ilmu anatomi dalam masa di antara abad ke-16 dan ke-19 merupaka suatu ilmu yang sudah barang tentu tersangkut dalam masalah poligenesis atau monogenesis makhluk manusia, dan karena itu juga menaruh perhatian yang besar terhadap bahan etnografi dan etnografika itu.  Penelitian anatomi sebenarnya sudah sejak lama digunakan di kalangan Eropa, namun penelitian anatomi ini yang sifatnya komparatif lebih intensif terutama setelah orang-orang Eropa melihat lebih banyak aneka warna ciri fisik manusia, dan setelah makin banyak muncul karangan yang mengandung bahan etnografi serta laporan mengenai aneka warna ciri fisik manusia sesudah abad ke-16.
Filsafat Sosial dan Masalah Aneka –Warna Manusia. Para ahli filsafat sosial, yaitu para ahli filsafat yang berfikir mengenai bentuk masyarakat yang sempurna serta tingkah laku dan perilaku manusia yang dapat menuju ke arah tercapainya cita-cita semacam itu, dalam zaman Aufklarung di Eropa abad ke-18 sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam ilmu alam dan pasti. Mereka terutama mengagumi metodologi eksak yang dipergunakan dalam ilmu-ilmu tersebut, yang secara induktif selalu menuju ke arah pembentukan generalisasi-generalisasi yang mantap, dan akhirnya ke arah perumusan kaidah-kaidah alam yang dapat dipakai oleh manusia untuk kemudian menguasai alam itu sendiri. Oleh karena itu dalam gejala-gejala tingkah laku dan perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat, mereka juga mencoba mencari unsur persamaan yang dapat dipakai sebagai azas-azas dalam analisa induktif yang selanjutnya dapat dirumuskan sebagai kaidah-kaidah sosial. Contoh ahli filsafat yang mencoba melaksanakan metodologi ilmiah seperti terurai ialah C.L. de Secondat, Baron de la Brede et de Montesquieu, A.R.J Turgot, F.M.A Voltire, W. Robertson dan lain-lain.
Filsafat Positivisme dan Masalah Aneka –Warna Manusia. Auguste Comte adalah ahli filsafat sosial yang paling konsekuen menerapkan metode positivisme tersebut. Comte mengajukan pendapatnya mengenai metodologi ilmiah umum, artinya yang dapat diterapkan terhadap semua ilmu pengetahuan yang ada. Baginya penerapan metodologi positif terhadap gejala-gejala masyarakat menyebabkan berkembangnya aktivitas-aktivitas ilmiah yang oleh Comte disebut ilmu sosiologi, istilah yang mulai digunakan pertama kali, untuk mengganti aktivitas berfikir serta spekulasi mengenai gejala-gejala masyarakat yang oleh para ahli filsafat sebelum Comte disebut “fisika sosial”.
Masalah Aneka –Warna Bahasa.  Sejak dahulu orang sudah tahu bahwa manusia dari aneka warna asal dan bangsa itu mengucapkan beraneka warna bahasa pula; tetapi suatu hal yang menarik perhatian para ahli kesusateraan abad 18 yang mulai mempelajari naskah-naskah kuno dalam bahasa Arab, Sansekerta, Cina dan lain-lain adalah adanya berbagai persamaan azazi dalam bahasa-bahasa Eropa dengan bahasa Sansekerta, bahasa klasik India, baik dipandang dari sudut bentuk kata-katanya, maupun dari tata bahasanya. Adahal persamaan-persamaan azasi itu tak ada antara bahasa-bahasa Eropa dan misalnya bahasa Arab dan Cina. Penelitian komparatif terhadap bahasa-bahasa di dunia yang timbul sebab akibat penemuan tadi menimbulkan ilmu perbandingan bahasa pertengahan abad ke-19.
Konsep Evolusi dalam Ilmu Biologi. Di sini muncul tokoh C. Darwin yang mengorbitkan karyanya yang berjudul The Origin of Species (1859). Ia menyatakan dalam bukunya bahwa semua bentuk hidup dan jenis makhluk yang kini ada di dunia itu, dengan dipengaruhi oleh berbagai macam proses ilmiah, berevolusi atau berkembang sangat lambat dari bentuk-bentuk yang sangat sederhana menjadi beberapa jenisbaru yang kompleks. Makhluk-makhluk jenis baru itu masing-masing berevolusi juga menjadi jenis-jenis baru yang bertambah kompleks lagi, dan demikian seterusnya hingga dalam jangka waktu beratus-ratus juta tahun terjadilah jenis-jenis makhluk yang paling kompleks seperti kera dan manusia. Selain C. Darwin ada juga tokoh lain yaitu A. Wallace.
Masalah Asal-Mula dan Evolusi Manusia. Penelitian-penelitian terhadap asal-mula manusia dengan menganalisa dan membanding-bandingkan fosil-fosil manusia zaman zaman dahulu yang terkandung dalam lapisan-lapisan bumi di berbagai tempat, menjadi ilmu baru yang merupakan bagian dari ilmu antropologi fisik dengan dengan sebutan ilmu paleoantropologi. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang mengkaji halini dari berbagai ahli sperti C. Lyell, C. Meiners , G. Klemm dan lai sebagainya.
 Lembaga-Lembaga Antropologi yang Pertama. Perhatian para ahli anatomi, antropologi fisik, paleoantropologi, prehistori, foklor sejarah kebudayaan, filsafat, sosiologi, hukum dan geografi, terhadap bahan etnografi dan etnografika yang mereka pergunakan untuk menguraikan pandangan mereka mengenai proses denegrasi, perkembangan ataupun evolusi makhluk manusia, serta masyarakat dan kebudayaannya, dipermudah dengan didirikannya lembaga-lembaga etnologidi Paris dan London. Ada Lembaga Societe Etnoloque didirikan tahun 1839. Di Amerika tahun 1842 didirikan The American Ethnological Society dan lain-lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About