Majalah l’Anne Sociologique. Majalah ini terbit di Paris di bawah pimpinan ahli sosiologi Emile
Durkheim. Anggota-angotanya yang tergabung di dalamnya antara lain M. Mauss, H.
Beuchat, M. David, A. Bianconni, R. Hertz, L. Levy-Bruhl dan lain-lain. Najalah
ini terbit dengan fokus pada masalah sosiologi pada tahun 1898.
Emile Durkheim. Konsep Fakta Sosial. Landasan dari seluruh cara berfikir
Durkheim mengenai masyarakat adalah pandangannya mengenai suatu masyarakat
hidup. Di situ ada manusia-manusia yang berfikir dan bertingkah laku dalam
hubungan satu dengan lain. Manusia-manusianya disebutnya individu, sedangkan
pikiran-pikiran yang mereka keluarjan, dan tingkah laku mereka disebutnya
gejala, atau fakta idividual.
Dalam berfikir dan bertingkah-laku manusia dihadapkan pada
gejala-gejala atau fakta-fakta sosial yang seolah–olah sudah ada di luar diri
para individu yang menjadi warga masyarakat tadi. Fakta-fakta sosial itu
merupakan entitas yang berdiri sendiri, lepas dari fakta-fakta individu.
Fakta-fakta sosial itu malahan mempunyai kekuatan memaksa para individu untuk
berfikir menurut garis-garis dan bertindak menurut cara-cara tertentu.
Fakta-fakta sosial itu juga mempunyai sifat umum dalam arti bahwa pengaruhnya
biasanya tidak terbatas kepada satu atau beberapa individu saja, melainkan
kepada sebagian besar dari warga masyarakat yang bersangkutan.
Fakta-fakta sosial itu mula-mula memang berasal dari pikiran atau
tingkah laku individu; namun agar ada suatu fakta sosial, harus ada beberapa
individu yang berfikir atau bertingkah laku bersama. Sintesanya, di mana
pikiran dan tingkah laku tiapindividu dirubah agar sesuai dan cocok dengan
pikiran dan tingkah laku individu lainnya, terjadi di luar diri para individu
masing-masing. Kemudian kalau sintesa itu sudah menyebar dan menjadi pikiran dan
tingkah laku dari sebagian warga masyarakat, maka sintesa itu menjadi fakata
sosial yang mempunyai kekuatan memaksa maupun mengendali individu.
Konsep Gagasan Kolektif. Durkheim mengatakan bahwa dalam alam pikiran
individu warga masyarakat biasanya terjadi gagasan-gagasan dari proses-proses
psikologi dalam organisma seorang individu, yang berupa penangkapan pengalaman,
rasa, sensasi, dan yang terjadi dalam organisma fisik, khususnya pada bagian
saraf, sungsum dan otak. Proses-proses psikologi yang pertama itu, karena
asosiasi dan apresiasi mengakibatkan adanya bayangan-bayangan, cita-cita, dan
gagasan dalam alam pikiran individu. Semua bayangan, cita-cita dan gagasan yang
telah terbentuk dalam alam pikirannya itu, oleh Durkheim disebut representations.
Kecuali itu ia beranggapan bahwa setelah terbentuk, representation itu
berada di luar diri dan di atas individu, artinya gagasan-gagasan itu kemudian
seringkali menjadi pedoman baginya untuk segala tingkah-lakunya.
Hal yang disebut representations individuelles adalah
gagasan-gagasan milik seorang individu yang berbeda dari gagasan milik seorang
individu lain. Dengan naik satu tingkat abstraksi ke atas dari konsep gagasan
individu, Durkheim tiba pada konsep gagasan kolektif. Menurutnya, karena dalam
suatu masyarakat ada banyak manusia hidup bersama, maka gagasan-gagasan dari
sebagian besar individu yang menjadi warga masyarakat tergabung menjadi
kompleks-kompleks gagasan yang lebih tinggi, yaitu gagasan kolektif tadi.
Namun, gagasan kolektif tadi bukan hanya suatu gabungan yang dapat dipahami dengan
menjumlahkan semua gagasan individu yang ada dalam masyarakat itu saja. Lebih
lanjut, gagasan kolektif ini menjadi
sarana bagi para warga masyarakat untuk saling berkomunikasi,
berinteraksi, dan berhubungan dalam hidup bersama.
Teori Durkheim atas Azas Religi. Menurut Durkheim suatu religi itu adalah
suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang
keramat, artinya yang terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan upacara
yang berorientasi kepada suatu komunitas moral yang disebut umat. Perlu juga
diketahui bahwa prinsif dasar Durkheim tentang religi adalah konsep totem yang
bagi Durkheim ia menjadi penyabab dijadikannya lambang dari suatu kesatuan
sosial. Lebih lanjut Durkheim mengatakan bahwa dalam semua sistem religi di
dunia ada satu hal yang ada di luarnya, yaitu hal in foro externo, dalam
arti bahwa hal itu tetap akan ada dalam sistem religi, lepas dari wujud, isi,
atau materinya, yaitu kebutuhan azasi dalam tiap masyarakat manusia yang
mengikuti sistem religi untuk mengintensifkan kembali kesadaran kolektifnya
dengan upacara-upacara yang keramat.
Studi Durkheim Mengenai Klasifikasi Primitif. Durkheim dan muridnya Mauss
mengklasifikikasikan segala hal dalam lingkungan mereka menurut
kategori-kategori yang mereka ambil dari bagian-bagian masyarakat mereka.
Adapun logika yang menentukan apakah suatu hal, gejala, atau benda tergolong ke
dalam bagian satu atau atau ke dalam bagian lain dari masyarakat, juga masih
bersifat primitif. Hal itu disebabkan karena hanya persamaan ciri-ciri yang
tampak lahirnya saja seperti bentuk, warna, bunyi, persamaan-persamaan waktu
tampil dan sebagainya, yang menjadi kriterium untuk menggolongkan satu hal
dengan yang lainnya, dan bukan ciri-ciri yang lebih mendalam seperti misalnya
fungsi, proses, atau gerak, seperti yang dilakukan dalam cara-cara klasifikasi
masa kini atau dalam metodologi klasifikasi ilmiah.
Marcel Maus. Konsepsi Mauss Mengenai Intensifikasi Integrasi Sosial. konsep morfologi sosial menjadi fokus
dari Mauss dan Beuchat (muridnya), dengan studi pada warga kelompok eskimo,
mereka mengatakan bahwa ada dua morfologi sosial, yaitu morfologi sosial musim panas, dan morfologi
sosial musim dingin. Ketika musim panas keluarga-keluarga inti pergi berburuke
wilayah berburu masing-masing, yang saling berjauhan letaknya. Dalam wilayah
berburu itu keluarga-keluarga inti tadi berkeliling selama bebulan-bulan,
dengan membawa seluruh peralatan hidup mereka di atas sebuah penggeretan yang
ditarik anjing. Mereka berkemah di tempat-tempat tertentu dalam tenda. Di musim
dingin semua keluarga inti warga satu kelompok tadi berkumpul kembali ke
pemukiman induk. Di sana beberapa keluarga inti yang berhubungan dekat
bergabung menjadi keluarga-keluarga luas dan tinggal dalam rumah-rumah besar
yang dibuat dari kayu. Segerombolan rumah besar itu mempunyai suatu balai
komunitas dimana selama musim dingin keluarga-keluarga luas yang menjadi
anggotanya melakukan suatu rangkaian upacara keagamaan bersama.
Uapacara-upacara yang mengandung unsur-unsur tukar-menukar harta, makan
bersama, menyanyi dan menari bersama hingga mencapai trance, mempunyai fungsi
untuk mempertinggi kesadaran kolektif dan mengintensifkan solidaritas sosial.
Luicen Levy-Bruhl. Konsep Mentalitas Primitif. Menurutnya bahwa dalam alam pikiran manusia ada proses-proses jiwa
yang sangat berbeda dengan proses-proses jiwa dalam alam pikirannya apabila ia
berpikir logika ilmu pengetahuan yang positif. Proses-proses jiwa yang berbeda
tadi disebutnya mentalite primitive, atau cara berfikir primitif, karena
cara berfikir primitif dan cara berfikir menurut logika ilmiah terletak dalam
tiga unsur, yaitu; (1) loi de participation (kaidah partisipasi); (2)
unsur mystique; (3) unsur prelogique.
Casino City - Drmcd
BalasHapusThe best place 강릉 출장안마 to play slots 원주 출장샵 online. 창원 출장마사지 We have a wide variety of casino games and slot 밀양 출장안마 machines to enjoy! Enjoy great promotions 남원 출장샵 for our Slots, Table Games,