Rabu, 21 September 2016

Resume Bab 5 "Sejarah Teori Antropologi" Koentjaraningrat (Kelompok L’Annee Sociologique)

Share it Please
Bab 5 Kelompok L’Annee Sociologique
Majalah l’Anne Sociologique. Majalah ini terbit di Paris di bawah pimpinan ahli sosiologi Emile Durkheim. Anggota-angotanya yang tergabung di dalamnya antara lain M. Mauss, H. Beuchat, M. David, A. Bianconni, R. Hertz, L. Levy-Bruhl dan lain-lain. Najalah ini terbit dengan fokus pada masalah sosiologi pada tahun 1898.
Emile Durkheim. Konsep Fakta Sosial. Landasan dari seluruh cara berfikir Durkheim mengenai masyarakat adalah pandangannya mengenai suatu masyarakat hidup. Di situ ada manusia-manusia yang berfikir dan bertingkah laku dalam hubungan satu dengan lain. Manusia-manusianya disebutnya individu, sedangkan pikiran-pikiran yang mereka keluarjan, dan tingkah laku mereka disebutnya gejala, atau fakta idividual.  
Dalam berfikir dan bertingkah-laku manusia dihadapkan pada gejala-gejala atau fakta-fakta sosial yang seolah–olah sudah ada di luar diri para individu yang menjadi warga masyarakat tadi. Fakta-fakta sosial itu merupakan entitas yang berdiri sendiri, lepas dari fakta-fakta individu.
Fakta-fakta sosial itu malahan mempunyai kekuatan memaksa para individu untuk berfikir menurut garis-garis dan bertindak menurut cara-cara tertentu. Fakta-fakta sosial itu juga mempunyai sifat umum dalam arti bahwa pengaruhnya biasanya tidak terbatas kepada satu atau beberapa individu saja, melainkan kepada sebagian besar dari warga masyarakat yang bersangkutan.
Fakta-fakta sosial itu mula-mula memang berasal dari pikiran atau tingkah laku individu; namun agar ada suatu fakta sosial, harus ada beberapa individu yang berfikir atau bertingkah laku bersama. Sintesanya, di mana pikiran dan tingkah laku tiapindividu dirubah agar sesuai dan cocok dengan pikiran dan tingkah laku individu lainnya, terjadi di luar diri para individu masing-masing. Kemudian kalau sintesa itu sudah menyebar dan menjadi pikiran dan tingkah laku dari sebagian warga masyarakat, maka sintesa itu menjadi fakata sosial yang mempunyai kekuatan memaksa maupun mengendali individu.
Konsep Gagasan Kolektif.  Durkheim mengatakan bahwa dalam alam pikiran individu warga masyarakat biasanya terjadi gagasan-gagasan dari proses-proses psikologi dalam organisma seorang individu, yang berupa penangkapan pengalaman, rasa, sensasi, dan yang terjadi dalam organisma fisik, khususnya pada bagian saraf, sungsum dan otak. Proses-proses psikologi yang pertama itu, karena asosiasi dan apresiasi mengakibatkan adanya bayangan-bayangan, cita-cita, dan gagasan dalam alam pikiran individu. Semua bayangan, cita-cita dan gagasan yang telah terbentuk dalam alam pikirannya itu, oleh Durkheim disebut representations. Kecuali itu ia beranggapan bahwa setelah terbentuk, representation itu berada di luar diri dan di atas individu, artinya gagasan-gagasan itu kemudian seringkali menjadi pedoman baginya untuk segala tingkah-lakunya.
Hal yang disebut representations individuelles adalah gagasan-gagasan milik seorang individu yang berbeda dari gagasan milik seorang individu lain. Dengan naik satu tingkat abstraksi ke atas dari konsep gagasan individu, Durkheim tiba pada konsep gagasan kolektif. Menurutnya, karena dalam suatu masyarakat ada banyak manusia hidup bersama, maka gagasan-gagasan dari sebagian besar individu yang menjadi warga masyarakat tergabung menjadi kompleks-kompleks gagasan yang lebih tinggi, yaitu gagasan kolektif tadi. Namun, gagasan kolektif tadi bukan hanya suatu gabungan yang dapat dipahami dengan menjumlahkan semua gagasan individu yang ada dalam masyarakat itu saja. Lebih lanjut, gagasan kolektif ini menjadi  sarana bagi para warga masyarakat untuk saling berkomunikasi, berinteraksi, dan berhubungan dalam hidup bersama.
Teori Durkheim atas Azas Religi. Menurut Durkheim suatu religi itu adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang keramat, artinya yang terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada suatu komunitas moral yang disebut umat. Perlu juga diketahui bahwa prinsif dasar Durkheim tentang religi adalah konsep totem yang bagi Durkheim ia menjadi penyabab dijadikannya lambang dari suatu kesatuan sosial. Lebih lanjut Durkheim mengatakan bahwa dalam semua sistem religi di dunia ada satu hal yang ada di luarnya, yaitu hal in foro externo, dalam arti bahwa hal itu tetap akan ada dalam sistem religi, lepas dari wujud, isi, atau materinya, yaitu kebutuhan azasi dalam tiap masyarakat manusia yang mengikuti sistem religi untuk mengintensifkan kembali kesadaran kolektifnya dengan upacara-upacara yang keramat.      
Studi Durkheim Mengenai Klasifikasi Primitif. Durkheim dan muridnya Mauss mengklasifikikasikan segala hal dalam lingkungan mereka menurut kategori-kategori yang mereka ambil dari bagian-bagian masyarakat mereka. Adapun logika yang menentukan apakah suatu hal, gejala, atau benda tergolong ke dalam bagian satu atau atau ke dalam bagian lain dari masyarakat, juga masih bersifat primitif. Hal itu disebabkan karena hanya persamaan ciri-ciri yang tampak lahirnya saja seperti bentuk, warna, bunyi, persamaan-persamaan waktu tampil dan sebagainya, yang menjadi kriterium untuk menggolongkan satu hal dengan yang lainnya, dan bukan ciri-ciri yang lebih mendalam seperti misalnya fungsi, proses, atau gerak, seperti yang dilakukan dalam cara-cara klasifikasi masa kini atau dalam metodologi klasifikasi ilmiah.
Marcel Maus. Konsepsi Mauss Mengenai Intensifikasi Integrasi Sosial. konsep morfologi sosial menjadi fokus dari Mauss dan Beuchat (muridnya), dengan studi pada warga kelompok eskimo, mereka mengatakan bahwa ada dua morfologi sosial, yaitu  morfologi sosial musim panas, dan morfologi sosial musim dingin. Ketika musim panas keluarga-keluarga inti pergi berburuke wilayah berburu masing-masing, yang saling berjauhan letaknya. Dalam wilayah berburu itu keluarga-keluarga inti tadi berkeliling selama bebulan-bulan, dengan membawa seluruh peralatan hidup mereka di atas sebuah penggeretan yang ditarik anjing. Mereka berkemah di tempat-tempat tertentu dalam tenda. Di musim dingin semua keluarga inti warga satu kelompok tadi berkumpul kembali ke pemukiman induk. Di sana beberapa keluarga inti yang berhubungan dekat bergabung menjadi keluarga-keluarga luas dan tinggal dalam rumah-rumah besar yang dibuat dari kayu. Segerombolan rumah besar itu mempunyai suatu balai komunitas dimana selama musim dingin keluarga-keluarga luas yang menjadi anggotanya melakukan suatu rangkaian upacara keagamaan bersama. Uapacara-upacara yang mengandung unsur-unsur tukar-menukar harta, makan bersama, menyanyi dan menari bersama hingga mencapai trance, mempunyai fungsi untuk mempertinggi kesadaran kolektif dan mengintensifkan solidaritas sosial.
Luicen Levy-Bruhl. Konsep Mentalitas Primitif. Menurutnya bahwa dalam alam pikiran manusia ada proses-proses jiwa yang sangat berbeda dengan proses-proses jiwa dalam alam pikirannya apabila ia berpikir logika ilmu pengetahuan yang positif. Proses-proses jiwa yang berbeda tadi disebutnya mentalite primitive, atau cara berfikir primitif, karena cara berfikir primitif dan cara berfikir menurut logika ilmiah terletak dalam tiga unsur, yaitu; (1) loi de participation (kaidah partisipasi); (2) unsur mystique; (3) unsur prelogique.

1 komentar:

  1. Casino City - Drmcd
    The best place 강릉 출장안마 to play slots 원주 출장샵 online. 창원 출장마사지 We have a wide variety of casino games and slot 밀양 출장안마 machines to enjoy! Enjoy great promotions 남원 출장샵 for our Slots, Table Games,

    BalasHapus

About

Blogroll

About