Bab 3 Teori-Teori sosial Kebudayaan
Dalam bab ini koentjaraningrat membahas konsep evolusi sosial dari
dari berbagai tokoh. Dimulai dari H. Spencer, yang merupakan ahli filsafat
inggris, sampai J. G. Frazer ahli folklor Inggris.
Menurut Koentjaraningrat ada dua karya besar milik Spencer yang
berisi tentang konsep evolusi universal, yaitu buku dengan judul Descriptive
Sociology yang tebalnya 15 jilid, juga merupakan bahan deskriptip yang
mentah, guna memberi landasan dan ilustrasi dari onsep teori tentang azaz-azaz
dan evolusi masyarakat dan kebudayaan seluruh umat manusia yang tercantum di
bukunya yang kedua (karya pokok Spencer), yang berjudul principles of
Sociology, yang tebalnya 3 jilid. Di buku kedunya ini, spencer menjelaskan
bahwa perkembangan masyarakat dan kebudayaan dalam tiap bangsa di dunia itu
telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Namun ia tak
mengabaikan fakta bahwa secara khusustiap bagian masyarakat atau sub-sub
kebudayaan bisa mengalamai proses evolusi melalui tingat-tingat yang
berbeda-beda.
Teori evolusi selanjutnya datang dari keluarga J.J. Cachofen.
Bachofen menguraikan teorinya dalam bukunya yang berjudul Das Mutterrecht
(1861). Menurutnya, di seluruh dunia manusia berkembang melalui empat tingkat evolusi. Tingkat
pertama adalah promiskuitas. Tingkat ini menggambaran dimana
manusia hidup serupa sekawananan binatang berkelompok, dan laki-laki serta
wanita berhubungan dengan bebas dan melahiran keturunannya tanpa ikatan.
Tingkat kedua yaitu matriarchate. Dalam kelompok model ini,
ibunyalah yang menjadi kepala keluaraga karena garis keturunan yang
diperhitungkan melalui garis keturunan ibu. Tingkat ketiga yaitu patriarchate.
Tingkatan ini karena para pria tidak puas dengan keadaan kedua, lalu mengambi
calon-calon istri mereka dari kelompok-kelompok lain dan membawa gadis-gadis
itu ke kelompok-kelompok mereka sendiri. Dengan demikian keturunan yang
dilahirkan tetap tinggal dalam kelompok pria. Kejadian ini meyebabkan timblnya
secara lambat aun kelompok-kelompo keluarga dengan ayah sebagai kepala.
Tingkatan keempat yaitu ketika perkawinan di luar kelompo, exogami berubah menjadi endogami karena bebrbadai
sebab. Dengan demikian patriarchate lambat laun hilang, dan berubah menjadi
susunan kekerabatan yang oleh Bachofen disebut susunan parental.
Teori kebudayaan L.H. Morgan. Menurut Morgan masyarakat dari semua bangsa di dunia sudah atau
masih akan menyelesaikan proses evolusinya melelui kedelapan tingkat evolusi
sebagai berikut.
1.
Zaman Liar Tua,
yaitu zaman sejak adanya manusia sampai ia menemukan api
2.
Zaman Liar Madya,
yaitu zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan senjata
busur-panah.
3.
Zaman Liar Muda,
yaitu zaman sejak manusia menemukan senjata busur-panah sampai ia mendapatkan
kepandaian membuat barang-barang tembikar
4.
Zaman Barbar Tua,
yaitu zaman sejak manusia mendapatkan kepandaian membuat barang-barang
tembikar, sampai ia mulai beternak atau bercocok tanam.
5.
Zaman Barbar Madya,
yaitu zaman sejak manusia beternak atau bercocok tanam sampai ia menemukan
kepandaian membuat benda-benda logam.
6.
Zaman Barbar Muda,
yaitu zaman sejaka manusia menemukan kepandaian membuat benda-benda logam
sampai ia mengenal tulisan.
7.
Zaman Peradaban
Purba.
8.
Zaman peradaban
Masakini.
Teori Evolusi Religi Edward B. Tylor. Dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture: Researches into the
Development of Mythology, Philoshophy, Religion, Language, Art and Custom
(1874), Tylor menjelaskan bahwa asal-mula religi berasal dari kesadaran manusia
akan adanya jiwa. Kesadaran akan jiwa itu muncul karena dua hal, (1) perbedaan
yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati, (2)
peristiwa mimpi. Sifat abstrak dari jiwa
itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas
dari tubuh jasmaninya. Ketika manusia mati, jiwanya melayang lepas dan merdeka.
Jiwa yang telah merdeka terlepas dari jasmaninya inidapat berbuat sekehendaknya
sendiri, dan alam semesta penuh dengan jiwa-jiwa merdeka ini, yang disebut
Tylor dengan spirit. Sehingga manusia telah mentransformasikan kesadarannya
akan adanya jiwa menjadi keyakinan kepada makhluk halus. Makhluk-makhluk halus
yang tidak kasat mata ini diyakini manusia menempati tempat-tempat
sekelilingnya sehingga muncullah penyembahan dan penghormatan pada obyek-obyek
tertentu. Inilah yang disebut Animism.
Animisme inilah yang menjadi tingkat pertama dalam evolusi religi.
Pada tingkat kedua, manusia meyakini bahwa geraka alam yang hidup itu juga
disebabkan adanya jiwa dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alam
itu. Tahap ketika menurut Tylor ialah bersama dengan timbulnya susunan kenegaraan
dalam masyarakat manusia, timbul pula keyakinanbahwa dewa-dewa alam itu juga
hidup dalam satu susunan kenegaraan serupa dalam dunia makhluk manusia. Maka
terdapat pula susunan pangkat-pangkat dewa. Tahap keempat adalah ketika manusia
menyadari bahwa semua dewa itu merupakan penjelmaan dari satu dewa saja, yaitu
dewa yang tertinggi. Akibat dari keyakinan itu adalah berkembangnya keyakinan
kepada satu tuhan dan timbulnya religi-religi yang bersifat monotheisme.
Teori J.G. Frazer mengenai Ilmu Gaib dan
Religi. Di antara karangan-karangan Frazer yang
mengandung uraian tentang asal-mula dan evolusi ilmu gaib dan religi, yaitu
Totemism and Exogamy (1910) dan juga The Golden Bough ( 1911-13). Menurutnya
manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengaan akal dan sistem pengetahuannya,
tetapi keduanya ada batasnya. Sehingga masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh
keduanya ia pecahkan dengan magic, ilmu gaib. Menurutnya magic adalah semua
tindakan manusia (atau abstensi dari tindakan) untuk mencapai suatu maksud melalui
kekuatan-kekuatan yang adadi dalam alam, serta seluruh komplex-komplex anggapan
yang ada di belakangnya. Lambat laun terasa bahwa magic pun tak mampu
memecahkan masalah-masalah yang ada, sehingga ia yakin bahwa alam didiamai oleh
makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa daripadanya, lalu mulaialah ia
mencari hubungan dengan makhluk-makhluk halus itu. Dengan demikian timbullah
religi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar