Rabu, 21 September 2016

Resume Bab 9 "Sejarah Teori Antropologi" Koentjaraningrat (Teori-Teori Fungsional- Strultural)

Share it Please

Bab 9 Teori-Teori Fungsional- Strultural
Funsionalisme Malinowski. Broniwslaw Malinowski (1884-1942) lahir di Cracow, Polandia , sebagai putera keluarga bangsawan Polandia. Karangan Etnografinya yang merupakan hasil penelitian lapangan di kepulauan Trobriand di sebelah tenggara Papua Niugini berjudul Argonauts of the Western Pacific (1922). Secara garis besar buku ini menggambarkan sistem perdagangan yang dilakukan oleh penduduk di pulau-pulau sebelah timur pucuk ekor Papua Niugini, yang disebut dengan sistem kula. Hal yang sangat unik dari dari etnografi Malinowski adalah cara malinowski menggambarkan hubungan berkait antara sistem kula dengan lingkungan alam sekitar pulau-pulau serta berbagai macam unsur kebudayaan dan masyarakat penduduknya,
yaitu ciri-ciri fisik dari lingkungan alam tiap pulau, keindahan laut kerangnya,aneka warna floranya, pola-pola pemukinan komunitas-komunitas serta kbun-kebunnya, arti lingkungan alam dari pulau bagi bahan untuk membuat perahu, serta barang- barang yang diperdagangkan dalam kula, sistem kekerabatan serta kaitannya dalam kerjasama dalam sistem kula, sistem milik perahu-perahu, cara-cara pengerahan tenaga dan awak kapal untuk kula, tehnik pembuatan perahu bercadik, ilmu gaib yang berkaitan dengan pembuatan serta pelayaran kula, pesta-pesta dan upacara-upacara agama sebelum dan sesudah perjalana kula, sikap penduduk terhadap benda-benda perhiasan yang tinggi nilainya, yaitu slava dan mwali, berbagai cara dan siasat untuk bersaing, guna mendapatkan sulava dan mwali yang sangat beriwayat dan karena itu paling tinggi nilainya, cara untuk memperebutkan kedudukan sosial dan gengsi apabila berhasil memperolehnya dan sebagainya. Bahan-bahan keterangan tadi diuraikannya semua dengan gaya bahasa yang sangat lancar dan memikat,sehingga seluruh aktivitas kehidupan masyarakat desa-desa Trobriand itu tampak terbayang didepan mata kita sebagai suatu sistem sosial berintegrasi secara fungsional.  Malinowski juga mengajukan teori fungsional tentang kebudayaan dalam bukunya A Scientific Theory of Culture and Other Essays (1944) yang intinya bahwa segala aktifitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari  sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.
Strukturalisme Radcliffe-Brown (1881-1955). Karangannya yang menyangkut kajian etnografinya adalah yang berjudul The Andaman Islanders merupakan contoh deskripsi terintegrasi secara fungsional, dimana berbagai upacara agama dikaitkan dengan mitologi atau dongen-dongen suci yang bersangkutan, dan dimana pengaruh dan efeknya terhdap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas desa Andaman yang kecil, menjadi tampak jelas. Pada dasarnya pandangannya sama dengan pandangan Malinowski mengenai fungsi dalam tingkat abstraksi ketiga, yaitu pengaruh dan efek suatu upacara keagamaan aatau suatu dongeng mitologi terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara berintegarasi dari suatu sistem sosial yang tertentu.
Teori fungsional-Struktural Hocart. Artur Maurice Hocart (1883-1939). Konsepnya yang terkenal ialah hipotesa mengenai fungsi upacara dan raja. Ia menjelaskan dalam bukunya yang berjudul The Progress of Man and Kings and Councellors (1936). Dengan menggukan bahan etnografi dari empat puluh delapan suku bangsa dan peradaban (termasuk peradaban Cina, Inggris, dan Yunani Kuno) dari delapan kawasan di dunia, serta bahan sejarah dan arkeologi,ia mengembangkan hipotesa mengenai fungsi dari upacara serta tindakan-tindakan simbolik di dalamnya.
Teori Struktural para ahli antropologi Belanda. Para ahli antropologi Belanda tidak terpengaruh dengan teori-teori struktural ahli-ahli yang disebutkan di atas, tetapi mereka terengaruh langsung dari sumber yang awal, yaitu E. Durkheim. Ada beberapa nama yang disebutkan Koentjaraningrat, diantaranya adalah Van Ossenbruggen. Ia telah menganalisa sistem macapat  di Jawa dalam bukunya De oorsprong van het Javaansche Begrip Montja-pat in Verband met Primitieve Classificaties (1917). Dengan menggunakan teori Durkheim dan Mauss mengenai cara klasifikasi oleh manusia yang hidup dalam masyarakat primitif. Sistem pembagian masyarakatlah yang menjadi kerangka umum untuk segala macam klasifikasi dalam segala bidang berfikir dalam kebudayaan yang bersangkutan. Dengan demikian menurut  Van Ossenbruggen sistem macapat menjadi kerangka klasifikasi dengan lima kategori dengan satu kategori pusat yang dikelilingi empat sub-kategori, dan ke dalam kerangka itulah digolongkan segala macam konsep yang dikenal dalam kebudayaan Jawa.
Selain Van Ossenbruggen ada juga W.H Rasser yang meneliti mitologi Jawa dalam bentuk-bentuk cerita Panji di dalam bukunya yang berjudul De Pandji-Roman (1922) yang menyatakan bahwa di jaman dahulu struktur masyarakat Jawa terbagi ke dalam dua paroh, atau moiety yang secara nyata berwujud sebagai desa induk di satu pihak, dan empat sub-desa di pihak lain. Terdapat juga nama Josselin de Jong yang mengarang sebuah buku terkenal yaitu De Maleische Archipel als Ethnologisch Studieveld (1935).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About