Bab 9 Teori-Teori Fungsional- Strultural
Funsionalisme Malinowski. Broniwslaw Malinowski (1884-1942) lahir di Cracow, Polandia ,
sebagai putera keluarga bangsawan Polandia. Karangan Etnografinya yang
merupakan hasil penelitian lapangan di kepulauan Trobriand di sebelah tenggara
Papua Niugini berjudul Argonauts of the Western Pacific (1922). Secara
garis besar buku ini menggambarkan sistem perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk di pulau-pulau sebelah timur pucuk ekor Papua Niugini, yang disebut
dengan sistem kula. Hal yang sangat unik dari dari etnografi Malinowski
adalah cara malinowski menggambarkan hubungan berkait antara sistem kula
dengan lingkungan alam sekitar pulau-pulau serta berbagai macam unsur
kebudayaan dan masyarakat penduduknya,
yaitu ciri-ciri fisik dari lingkungan
alam tiap pulau, keindahan laut kerangnya,aneka warna floranya, pola-pola
pemukinan komunitas-komunitas serta kbun-kebunnya, arti lingkungan alam dari
pulau bagi bahan untuk membuat perahu, serta barang- barang yang diperdagangkan
dalam kula, sistem kekerabatan serta kaitannya dalam kerjasama dalam sistem
kula, sistem milik perahu-perahu, cara-cara pengerahan tenaga dan awak kapal
untuk kula, tehnik pembuatan perahu bercadik, ilmu gaib yang berkaitan dengan
pembuatan serta pelayaran kula, pesta-pesta dan upacara-upacara agama sebelum
dan sesudah perjalana kula, sikap penduduk terhadap benda-benda perhiasan yang
tinggi nilainya, yaitu slava dan mwali, berbagai cara dan siasat untuk
bersaing, guna mendapatkan sulava dan mwali yang sangat beriwayat dan karena
itu paling tinggi nilainya, cara untuk memperebutkan kedudukan sosial dan
gengsi apabila berhasil memperolehnya dan sebagainya. Bahan-bahan keterangan
tadi diuraikannya semua dengan gaya bahasa yang sangat lancar dan
memikat,sehingga seluruh aktivitas kehidupan masyarakat desa-desa Trobriand itu
tampak terbayang didepan mata kita sebagai suatu sistem sosial berintegrasi
secara fungsional. Malinowski juga
mengajukan teori fungsional tentang kebudayaan dalam bukunya A Scientific Theory
of Culture and Other Essays (1944) yang intinya bahwa segala aktifitas
kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang
berhubungan dengan seluruh kehidupannya.
Strukturalisme Radcliffe-Brown (1881-1955). Karangannya yang menyangkut kajian etnografinya adalah
yang berjudul The Andaman Islanders merupakan contoh deskripsi
terintegrasi secara fungsional, dimana berbagai upacara agama dikaitkan dengan
mitologi atau dongen-dongen suci yang bersangkutan, dan dimana pengaruh dan
efeknya terhdap struktur hubungan antara warga dalam suatu komunitas desa
Andaman yang kecil, menjadi tampak jelas. Pada dasarnya pandangannya sama
dengan pandangan Malinowski mengenai fungsi dalam tingkat abstraksi ketiga,
yaitu pengaruh dan efek suatu upacara keagamaan aatau suatu dongeng mitologi
terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara berintegarasi dari suatu
sistem sosial yang tertentu.
Teori fungsional-Struktural Hocart. Artur Maurice Hocart (1883-1939). Konsepnya yang terkenal ialah
hipotesa mengenai fungsi upacara dan raja. Ia menjelaskan dalam bukunya yang
berjudul The Progress of Man and Kings and Councellors (1936). Dengan
menggukan bahan etnografi dari empat puluh delapan suku bangsa dan peradaban
(termasuk peradaban Cina, Inggris, dan Yunani Kuno) dari delapan kawasan di
dunia, serta bahan sejarah dan arkeologi,ia mengembangkan hipotesa mengenai
fungsi dari upacara serta tindakan-tindakan simbolik di dalamnya.
Teori Struktural para ahli antropologi Belanda. Para ahli antropologi Belanda tidak terpengaruh dengan teori-teori
struktural ahli-ahli yang disebutkan di atas, tetapi mereka terengaruh langsung
dari sumber yang awal, yaitu E. Durkheim. Ada beberapa nama yang disebutkan
Koentjaraningrat, diantaranya adalah Van Ossenbruggen. Ia telah menganalisa
sistem macapat di Jawa dalam
bukunya De oorsprong van het Javaansche Begrip Montja-pat in Verband met
Primitieve Classificaties (1917). Dengan menggunakan teori Durkheim dan
Mauss mengenai cara klasifikasi oleh manusia yang hidup dalam masyarakat
primitif. Sistem pembagian masyarakatlah yang menjadi kerangka umum untuk
segala macam klasifikasi dalam segala bidang berfikir dalam kebudayaan yang
bersangkutan. Dengan demikian menurut Van
Ossenbruggen sistem macapat menjadi kerangka klasifikasi dengan lima kategori
dengan satu kategori pusat yang dikelilingi empat sub-kategori, dan ke dalam
kerangka itulah digolongkan segala macam konsep yang dikenal dalam kebudayaan
Jawa.
Selain Van Ossenbruggen ada juga W.H Rasser yang meneliti mitologi
Jawa dalam bentuk-bentuk cerita Panji di dalam bukunya yang berjudul De
Pandji-Roman (1922) yang menyatakan bahwa di jaman dahulu struktur
masyarakat Jawa terbagi ke dalam dua paroh, atau moiety yang secara nyata
berwujud sebagai desa induk di satu pihak, dan empat sub-desa di pihak lain.
Terdapat juga nama Josselin de Jong yang mengarang sebuah buku terkenal yaitu De
Maleische Archipel als Ethnologisch Studieveld (1935).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar