1.
Bab 8 Ilmu Antropologi di Beberapa Negara Komunis
Dalam bab 8 ini berisi tentang keberadaan ilmu Antropologi di
negara-negara komunis dari Uni Soviet sampai Republik Rakyat Cina.
Ilmu Antropologi di Uni Soviet. Uni Soviet merupakan negara pertama yang dijelaskan oleh
Koentjaraningrat. Menurut Koentjaraningrat sesudah revolusi, ilmu antropologi
budaya di Uni Soviet mengambil ajaran Marxisme sebagai dasar cara berfikirnya,
walaupun hal itu baru dinyatakan secara resmi dengan suatu resolusi hasil
konferensi para ahli ilmu antropologi di Uni Soviet di Leningrad pada tahun
1929. Karena berpijak kepada Marxisme, maka teori yang digunakan adalah
evolusionisme. Dengan teori evolusi sebagai azas dan cara berfikir, ilmu
antropologi budaya di Uni Soviet menjadi suatu ilmu untuk menambah pengertian
tentang tingkat-tingkat perkembangan dan evolusi masyarakat yang terdorong oleh
arus sejarah yang muthlak.
Dengan demikian di sana ilmu antropologi merupakan
bagian dari iolmu sejarah dalam arti umum, yaitu bagaian yang memabahas sejarah
manusia kuno, sebelum manusia mencapai tingkat masyarakat seperti di Eropa,
dengan menganalisa aneka ragam bentuk kebudayaan dan masyarakat bangsa-bangsa
di luar Eropa secara komparatif. Di sini terlihat bahwa Antropologi di Uni
Soviet tidak lepas dari ideologo politik yang dianut oleh negara yaitu
komunisme. Kajian-kajiannya melingkupi masyarakat purba, teknologi, kebudayaan
kebendaan, dan kesenian rakyat. Dan apangan penelitiannya lebih banyak meneliti
ke dalam negaranya sendiri, karena memang ada kepentingan negara di sana. Dan
yang terpenting bahwa ilmu antropologi di Uni Soviet menjadi ilmu yang terapan (applied
anthropology).
Ilmu Antropologi di Yugoslavia. Yugoslavia sudah memiliki tradisi ilmu antropologi yang panjang,
yaitu sejak bagian akhir abad lalu, dengan adanya karya B. Bogisic, seorang
ahli hukum dari Montenegro, yang mengumpulkan banyak bahan tentang hukum adat
orang Slavik. Bahan itu kemudian dikumpulkan dan disertai dengan komentar oleh
Demelic, dalam buku Le Droit Coutumier des Slaves Meridionaux d’apres les
Recherches de Bogisic (1876). Teori evolusionisme tentu mempengaruhi dunia
ilmu-ilmu sosial di Yugoslavia melalui ajaran Karl Marx. Teri-teori tentang
evolusi kemasyarakatan secara panjang lebar diuraikan oleh ahli sosiologi F.
Folipovic dalam tahun 1924. Perlu dicatat pula bahwa kegiatan penelitian
antropologi di lakukan oleh ahli-ahli antropologi universitas, tetapi juga oleh
ahli-ahli antropologi yang bekerja di bawah naungan museum-museum etnografi,
seperti museum etnografi Slovenia, di Ljubljana, dan museum Vojvadina di Novi
Sad yan lebih mengkhususkan kapada kebudayaan-kebudayaan di Yugoslavia. Hasil
penelitian antropologi hampir semuanya diterbitkan dalam bahasa nasional,
sehingga tidak dapat dibaca oleh dunia ilmiah di luar Yugoslavia.
Ilmu Antropologi di Rumania. Tradisi ilmu antropologi di Rumania berbeda dengan di duna negara
sebelumnya, Uni Soviet dan Yugoslavia. Karya-karya dalam antropologi di Rumania
ditulis dalam bahasa Perancis, yang menjadikan tokoh-tokoh dan pemikirannya di
pandang oleh dunia internasional. Ada dua antropologi yang berkembang di
Rumania, antropologi fisik dan antropologi budaya. Antropologi fisik sudah
berkembang lebih dahulu daripada antropologi kebudayaan. Contoh dari penelitian
antropologi fisik adalah buku yang berjudul Enquetes Anthropologiques dans
Trois Villages Roumains des Carpathes (1937). Sedangkan antropologi
kebudayaan, patut kiranya kita sebut nama S.M Milcou. Milcou menegaskan bahwa
ilmu antropologi di Republik Rakyat Rumania merupakan integrasi antara ilmu
antropologi fisik dan sosiologi, sedangkan para ahli antropologi harus
mengusahakan kerjasama yang erat sekali dengan para ahli ekonomi, geografi, sejarah
dan linguistik. Ahli-ahli antropologi Rumania membedakan antara antropologi
manusia sekarang dan antropologi manusia dahulu. Yang pertama berpusat pada
penelitian mengenai ciri-ciri fisik dan mengenai masyarakat dan kebudayaan,
sedangkan yang kedua berpusat pada penelitian mengenai manusia dahuluyanghidup
di wilayah Rumania, baik dari sudut ciri-ciri tubuhnya, maupun dari sudut masyarakat
dan kebudayaannya.
Ilmu Antropologi di Republik Rakyat Cina. Republik Rakyat Cina merupakan negara komunis terbesar di wilayah
Asia. Kecuali untuk sub-ilmu paleoantropologi, penelitian-penelitian
antropologi di negara Cina Komunis tidak begitu penting untuk perkembangan ilmu
antropologi pada umumnya. Bisa dikatakan bahwa Ilmu antropologi rupa-rupanya
tak berkembang pesat di negara Cina. Penelitian mengenai masyarakat dan
kebudayaan penduduk Cina dari dulu kala sebagian besar dikuasai oleh ilmu
bahasa dan kesusasteraan Cina, atau Sinologi, yang terutama mengkhususkan
perhatian kepada kebudayaan penduduk yang dominan, yaitu orang Han, dan yang
terutama memakai metode-metode filologi atau analisis naskah-naskah kuno.
Setelah pembebasan pun, duniailmiah tidak terhindar dari reorganisasi
menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah Cina Komunis. Penelitian
paleoantropologi sangat disokong benar oleh pemerintah Cina karena beberapa
alasan. Pertama, negara Cina Komunis adalah salah satu di antara ketiga negara
di dunia di samping Indonesia dan Tanzania, dimana ditemukan fosil-fosil
manusia yang tertua. Kedua, penelitian paleoantropologi dapat dipakai untuk
menyokong teori evolusi yang merupakan unsur penting dalam ajaran
Marxisme.semua penelitian terkait zaman purba yang dilakukan oleh Pemerintahan
Cina tidak lebih dari usaha mereka untuk menguatkan ideologi negara yang
berpijak pada ajaran-ajaran Karl Marx. Kegiatan penelitian antropologi budaya
di Cina mulai giat pada tahun 1956 dengan obyek penelitianny adalah suku-suku
bangsa minoritas yang lebih dari lima puluh jumlahnya. Menurut Koentjaranigrat,
kegiatan-kegiatan di atas tersebut sebenarnya tidak dapat disebut penelitian
etnografi seperti yang dikenal sekarang, tetapi lebih tepat kita samakan dengan
pengumpulan dan pencatatan bahan folklor, tetapi dengan alat-alat yang lebih
modern seperti tape recorder dan alat pembuatan film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar